SIBA

By isnaini nururrosida - 3:41 PM


Masih seputar teman. Jika judul postingan pertama sobi, judul kedua yang akan aku angkat kali ini adalah siba. Iyaa siba, karena Siba dan Sobi masih satu saudara HAHA. Aku mau cerita sedikit tentang asal muasal si siba ini. Jadi ceritanya belakangan ini aku sedang menggali beberapa potensi diri. In short, aku menjelajah dunia internet. Sampai suatu saat, ketika aku sedang beristirahat dan membuka seluruh akun sosial mediaku satu persatu, ada satu akun instagram yang sangat menyita perhatianku, namanya Jouska. Akun financial adviser yangmana kemunculan tiap postingannya, selalu aku tunggu. Pada suatu waktu, jouska mengangkat tema mengenai circle pertemanan dan kondisi keuangan. Statement closingnya kurang lebih seperti ini: "Jika kamu mempunyai teman banyak dan akrab, Selamat! Jika kamu mempunyai teman sedikit dan akrab, Selamat!", aku berhenti membaca dan mulai bertanya-tanya.
"Kenapa semuanya harus diberi selamat?"
"Bukan seharusnya orang yang memiliki teman banyaklah yang harus diberi selamat?"
"Katanya link itu penting?" tanyaku dalam hati.
Kemudian aku melanjutkan bacaanku dan tidak juga menemukan titik temu. Sampai suatu waktu, ketika aku sedang berada dalam kesadaran penuhku, aku mengingat kehidupanku dulu. Ternyata dulu, aku termasuk bagian dari manusia yang hidup dibawah mantra "katanya". Sehingga yang kupikirkan waktu itu hanya sebatas; bagaimana memproduktifkan waktu agar bisa terus bertemu dengan teman-teman baru, tanpa tau apa yang harus dilakukan setelah itu. Tanpa tau ilmu apa yang harus aku ramu untuk membenarkan statement itu. Sebenarnya tidak semua statement yang berkata depan "katanya", itu salah. Hanya saja bagaimana cara kita menyikapinya.
Case ini mengingatkanku tentang satu kaidah Ushul Fiqh yang pernah aku pelajari di pesantren dulu. Bunyi kaidahnya seperti ini: “Menolak suatu kemudharatan lebih didahulukan daripada meraih manfaat (keuntungan)”. Dari kaidah itu, satu yang bisa aku simpulkan, yaitu: Islam mengajarkan kita, bagaimana menimbang suatu kadar. Dan bila dikaitkan dengan circle pertemanan, ternyata kadar yang dibutuhkan masing masing orang untuk melengkapi circle pertemanannya itu berbeda beda. Hal ini dikuatkan Jouska dengan komentar interaktifnya (direct survey). Itu sebabnya kenapa Jouska memberi selamat pada keduanya. Selamat bagi orang yang memilih menetap dan bertahan dengan circle pertemanan yang ada, juga selamat bagi orang yang memilih mundur teratur dari circle pertemanannya, karena satu dan lain hal.
…jangan sedih bilamana nanti satu persatu temanmu akan akan menghilang, dan perlahan mundur dengan teratur. Jangan sedih bilamana nanti suatu saat kamu lebih memutuskan untuk memisah daripada terpisah. Sebab kamu tau, dimana letak hatimu. Sebab kamu tau hati yang semiliki tujuan satu, pasti akan berpadu. Bukan berarti kamu tidak lagi berkehendak untuk bertemu. Hanya saja lebih mengkotak-kotakkan waktu dan mulai memposisikan diri, dimana dan bagaimana seharusnya kamu. Sebab kamu tau bahwa kuantitas bukan cerminan dari kualitas…#poemisna

  • Share:

You Might Also Like

0 comments